OKE | PSSI lolos dari sanksi FIFA pada 14
Desember 2012. Entah apa alasan pasti yang membuat FIFA tidak juga
mengganjar Indonesia dengan hukuman, karena federasi di negara ini terus
berkonflik. Tapi Ketum PSSI Dhohar Arifin Husin punya cerita sendiri.
Menjelang hari-hari penentuan nasib sepakbola
Tanah Air, Plt Menpora Agung Laksono membentuk Tim Gugus Tugas yang
salah satu misinya mengambil langkah-langkah penting bila akhirnya FIFA
menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Rita Subowo, Ketua KOI, yang ditunjuk
memimpin gugus tugas ini juga mengklaim melakukan lobi kepada FIFA dan
AFC.
Sementara petinggi PSSI, termasuk Djohar bertolak ke Tokyo
pada 11 Desember, setelah sehari sebelumnya menggelar kongres di
Palangkaraya. Waktu yang sempit menuju rapat exco FIFA itu dimanfaatkan
Djohar dkk untuk melakukan lobi agar Indonesia tak kena sanksi.
Sebelumnya, pada September, Djohar mengaku sudah mendapat bocoran bahwa
FIFA 99 persen akan menjatuhkan sanksi kepada Indonesia. Sebab,
federasi yang menghadapi masalah lebih kecil saja diputuskan untuk
dikenai sanksi.
Djohar dan tim lalu mencari cara untuk
menangkal sanksi tersebut dengan mencari dukungan ketika pertemuan
federasi sepakbola Asean di Yangon Myanmar 18 Oktober 2012. Di pertemuan
itu PSSI memaparkan persoalan yang dihadapi dan menurutnya ASEAN
sepakat bantu Indonesia. Kebetulan ada anggota exco FIFA dari Thailand.”
Selagi tidak bela statuta, dia bela kita,” Djohar bercerita.
Djohar juga curhat kepada salah satu anggota komite finansial FIFA dari
Srilanka. Akhirnya saat rapat exco AFC, mereka sepakat untuk membantu
Indonesia agar tak dijatuhi sanksi.
Setelah bertolak ke Tokyo,
Djohar bertemu dengan Presiden Sepakbola Oceania David Cung pada 12
Desember. Dia menyatakan mau membantu. Presiden AFC Zhang Zhilong yang
ditemui pukul lima sore di tanggal yang sama, pun kata Djohar berjanji
membantu PSSI.
“Kemudian kami membuat surat ke seluruh anggota
exco, kami kirim melalui resepsionis ke kamar-kamar mereka. Pagi-pagi
sarapan, Sepp Blatter sepertinya diserang bos-bos anggota, dari Asia,
Oceanea dan Eropa,” klaim Djohar.
Kebetulan kata Djohar, dia
sudah menjalin perkenalan dengan Presiden UEFA, Michel Platini yang
dikenal saat kongres FIFA di Budapest. Mantan bintang Timnas Prancis itu
pun turut berperan menjembatani aspirasi Djohar agar Indonesia tidak
dikenai hukuman FIFA.
“Saya dikasih rezeki berkenalan dengan
Platini. Saat bertemu dia menyapa ‘big problem Presiden’,” kisah Djohar
yang mengaku sempat diundang Platini menyaksikan Piala Eropa 2012 dengan
disediakan tiket penerbangan bisnis, penjemputan VIP di bandara hingga
dan makan malam dengan Platini.
Lalu, kata Djohar, pada pagi
harinya ia mendapat telepon dari Direktur Organisasi FIAF Thierry
Regenass. Regenass meneleponnya karena Presiden FIFA Sepp Blatter ingin
bertemu selama 15 menit. “Saya buru-buru ke hotel tempat Blatter
menginap, karena kami berbeda hotel. Saat di lobi kami duduk-duduk, dia
bilang ‘semua negara Asia mendukung Anda.Apa yang akan anda kerjakan,
berapa lama (bisa menyelesaikan konflik)?’,” papar Djohar menceritakan.
Setelah itu Blatter meminta Regenass untuk membahas Action plan dengan
Djohar sekira 15 menit, karena besok sidang FIFA. “Tapi kami sudah dapat
informasi pada 13 Desember bahwa Indonesia tidak dibanned. Tangal 14
baru diumumkan,” tutur Djohar.
Tapi Djohar belum bisa bernafas
lega, karena FIFA hanya memundurkan deadline penyelesaian konflik
menjadi 30 Maret 2013. Bila PSSI tetap gagal mengatasi konflik, kali ini
lobi apa pun nampaknya sulit untuk menggagalkan hukuman bagi Indonesia
jatuh.